Powered By Blogger

Selasa, 10 Mei 2011

Potret Kemiskinan di Indonesia




Jakarta -Penduduk   diperkirakan bertambah dari 32,5 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 32,7 juta jiwa pada 2010. Kemiskinan tetap meningkat meski perekonomian tumbuh 5,5 – 5,9% pada tahun 2010.
Menurut Ekonom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan  (LIPI) Agus Eko Nugroho,  kemiskinan yang meningkat tidak bisa dihindari. Meskipun pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,9% di tahun depan, namun juga ada kenaikan inflasi sekitar 5,6%. Ini diperparah dengan dominasinya industri telekominikasi pada beberapa tahun kebelakang. Padahal industri hanya sedikit menyerap tenaga kerja.
“Tingkat kemiskinan justru akan naik, walaupun sedikit menjadi 32,7 juta, dengan persentase yang menurun dari 14,2 % pada tahun ini, menjadi 14 % di tahun depan,” katanya kepada detikfinance saat ditemui usai outlook ekonomi  Tahun 2010 di kantornya, Jalan Gatot Subroto Jakarta Selasa (20/12/2009).
Idealnya, pemerintah bisa mendorong industri berbasis tenaga kerja agar  kemiskinan menurun. Banyak industri yang terbukti berhasil menekan  kemiskinan penduduk , contohnya tektil. Janji industrialisasi textil pun, lanjut Agus, belum terdengar gaungnya hingga saat ini.
Namun Agus mengakui, pada tahun 2009 sebenarnya terjadi penurunan  pengangguran sebesar 200 ribu jiwa. Namun ini hanya mengurangi sebagian kecil, dari total angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran terbuka sebesar 8,8 juta jiwa.
“Total hanya berkurang 200 ribu jiwa, itu juga karena ada jumlah yang sama dari penambahan angkatan kerja,” ujarnya.
Jika industri berbasis tenaga kerja dapat tumbuh, sebenarnya  bisa menekan pengangguran mencapai 1 juta jiwa. Maka dari ituterjadi kemiskinan, karena angkatan kerja beralih status menjadi setengah menganggur dengan bekerja di sektor informal.
“Pengangguran berkurang, tapi tidak menahan naiknya  kemiskinan. Karena pembaginya menjadi meningkat dalam hal angkatan kerja yang menganggur,” jelasnya.
Dari data yang di sampaikan, tingkat kemiskinan tahun ini sebenarnya menurun 2,5 juta jiwa jika dibandingkan 2008 yang mencapai 35 juta jiwa, atau setara dengan 15,4 % dari total angkatan kerja. Tahun ini tingkat kemiskinan diprediksi mencapai 32,5 juta jiwa.
Sementara data BPS menyatakan, jumlah penduduk  pada Maret 2009 tercatat sebesar 31,53 juta jiwa atau sekitar 14,15 persen. Jumlah ini turun 2,43 juta jiwa dibandingkan Maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau sekitar 15,42 persen.


“Dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, kemiskinan masih akan jadi masalah utama bangsa Indonesia, dilihat dari segi konsumsi maupun pendapatan.” ujar Dr. Sri Adiningsih, MSc., ekonom dari Universitas Gajah Mada, salah satu narasumber di Konsultasi Nasional yang diadakan oleh Institut Leimena bersama dengan Persatuan Gereja-gereja Indonesia, Persatuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia, serta Persatuan Gereja Pentakosta Indonesia, September 2008 lalu.

Dr. Sri Adiningsih menampilkan potret ekonomi Indonesia sebagai berikut:
Stabilitas ekonomi makro tetap terjaga, namun rapuh, apalagi pasar keuangan global tengah menghadapi krisis. Pertumbuhan ekonomi meningkat, terutama karena kenaikan harga barang primer dan sektor non-tradable. Kebijakan ekonomi terlalu liberal karena semakin bergantung ke luar negeri. Anggaran terjebak kebijakan jangka pendek, tampak populis, tapi pembangunan strategis seperti jembatan, jalanan, atau listrik tidak dilakukan.

Sementara itu, kemiskinan di Indonesia masih besar. Padahal definisi “kemiskinan” yang dipakai sudah sangat lunak dibandingkan, misalnya, dengan standar Bank Dunia. Belum lagi penambahan BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan Raskin (Bantuan Beras bagi Rakyat Miskin) dapat menurunkan angka kemiskinan secara semu. Dari banyak penelitian, sumber kemiskinan antara lain adalah kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah, infrastruktur yang buruk, dan ketiadaan modal.

Pilar ekonomi Indonesia saat ini sebetulnya UKM. Di sinilah banyak orang miskinnya. Namun usaha mikro sekarang berkembang bukan akibat desain pemerintah, tapi karena orang tidak ada pilihan. Daripada menganggur, lebih baik membuka Warteg atau sejenisnya. Usaha kecil di Indonesia naik dari 44 juta (2007) menjadi hampir 50 juta (2008). Usaha menengah turun dari 6 juta ke sekitar 4 juta, sedangkan usaha besar umumnya stagnan.

Menurut UN Millenium Project, pertanian adalah cara mengatasi kemiskinan di desa. Selain itu perlu mengembangkan investasi dalam bidang kesehatan dasar, pendidikan, transportasi, listrik, serta pelayanan masyarakat.

Dalam konteks ini, gereja harus menjadi pilar penting dalam memerangi kemiskinan dan keterbelakangan. Gereja harus memberikan pencerahan, semangat, optimisme. “Walaupun kecil, kita jangan mengalami minority syndrome. Gereja-gereja di Indonesia punya jaringan nasional dan berbagai program pengentasan kemiskinan, meskipun hasilnya memang masih jauh dari memuaskan.” papar Dr. Sri Adiningsih. Ia pun menceritakan pengalamannya menjadi pembina program sosial di gerejanya. “Motto kami adalah melayani dulu, urusan uang kemudian, jadi bukannya bertanya dulu apakah punya uang atau tidak.”


“Ini adalah pekerjaan besar, tapi saya percaya kita akan bisa melakukannya dengan cara dan kemampuan kita masing-masing.” kata Dr. Sri Adiningsih dengan optimis.**



http://datakemiskinan.blogspot.com/2010/03/potret-kemiskinan-di-indonesia.html
http://arsipberita.com/show/lipi-327-juta-masyarakat-ri-masih-miskin-di-2010-48491.html